🎁 Tarian Tradisional Suku Aborigin Adalah

Terkadang tarian digunakan sebagai tradisi inisiasi untuk merayakan fase kehidupan baru. Misalnya, tarian kedewasaan untuk remaja, menyambut mereka hingga dewasa. Di sini, mendongeng dalam komunitas Aborigin Australia adalah benang merah yang menyatukan semua aspek kehidupan sosial dan budaya. Gambarterkait dengan Tarian Tradisional Suku Aborigin Adalah. Arum Tarian Klasik Gambar Tarian Penari Wanita . Detail Gambar . Tarian Kuda Kepang Wikipedia Bahasa Melayu Ensiklopedia Bebas Kuda Kepang Cultural Dance Dance Pictures . Detail Gambar . Definisi Tari Tradisional Dan Jenis Ragamnya Di Berbagai Kawasan Dunia Tegaraya Com . TariTiwi adalah tarian tradisional suku Aborigin. Tarian ini dipertunjukkan dengan gerakan yang kuat, dimana setiap pergatian gerakan harus dilakukan dengan tepat sesuai dengan pukulan alat musik. 4. Didgeridoo. Didgeridoo adalah alat musik tradisional yang telah berusia ribuan tahun. Alat musik ini memiliki bentuk yang panjang dan agak mengerucut. BudayaAborigin begitu terjaga di semua kota besar, di tanah yang telah didiami orang First Nations selama puluhan ribu tahun. Simak kisah alam Impian sambil belajar tentang cara hidup tradisional mereka dan bagaimana suku mereka telah beradaptasi dengan lanskap tanah leluhurnya yang berubah seiring waktu. Spirits of the Red Sand vf7XA. Sri Oktavia Benua Australia merupakan benua terkecil yang ada di dunia ini. Benua Australia ditemukan oleh seorang penjajah Inggris yang bernama James Cook. Benua Australia memiliki penduduk asli yaitu Suku Aborigin. Sebagian peneliti percaya bahwa penduduk Aborigin telah menempati benua Australia sejak – tahun yang lalu. Suku Aborigin memiliki ciri fisik kulit berwarna cokelat dan cenderung hitam jika terbakar sinar matahari, rambut ikal atau bergelombang, muka dan tubuh berbulu lebat, ukuran dahi sempit, rongga mata menjorok ke dalam, alis mata menonjol, rahang menonjol, mulut lebar, tulang tengkorak tebal, dan memiliki tinggi rata 152 cm.[1]Australia adalah salah satu negara yang berisi penduduk dengan latarbelakang budaya yang beranekaragam. Jauh sebelum hadirnya bangsa Inggris di Australia, suku Aborigin sudah tersebar hampir di semua wilayah bagian Australia. Ketika itu jumlah Aborigin sudah sekitar penduduk. [2] Tentang kehidupan masyarakat Australia zaman dahulu, mereka sudah memiliki keanekaragaman pula, baik itu kebudayaan yang meliputi bahasa, kehidupan sosial, seni, dan lain sebagainya. Setiap wilayah yang sudah ditempati Suku Aborigin memiliki ciri khas tersendiri. Mengenai seni, seni di Australia sudah ada sejak zaman pra sejarah. Jauh sebelum seperti sekarang ini, dahulu suku asli masyarakat Australia, Suku Aborigin telah mencetak sejarah gemilang dalam ranah kesenian. Sebelum kedatangan bangsa Barat, telah ditemui berbagai macam ritual, tarian tradisional, dan berbagai atribut kebudayaan yang menghiasi kehidupan orang-orang Aborigin. Karya seni cadas Aborigin adalah salah satu contoh bahwa Orang Aborigin telah memiliki jiwa seni sejak dulu. Dalam bidang kesenian bukan hanya sekedar seni rupa saja yang telah mereka kembangkan, namun seni musik juga turut berkembang di masyarakat Australia sejak dahulu. Musik Pribumi Australia mengacu pada musik Aborigin dan Penduduk Kepulauan Selat Torres . Musik merupakan bagian integral dari ketaatan sosial , budaya dan seremonial masyarakat Aborigin dan telah ada selama lebih dari tahun.[3] Alat musik pribumi Australia yang sangat terkenal adalah "Didgeridoo". Bentuk dari alat musik ini sederhana. Bentuk asli dari Didgeridoo menyerupai pipa panjang terbuat dari kayu dengan permukaan yang agak melengkung di mana bagian ujung tempat udara dihembuskan biasanya cenderung lebih pipih daripada ujung lainnya. Bahan kayu yang digunakan pada umumnya adalah kayu dari pohon Eucalyptus berlubang rayap yang tersebar di daerah Australia. Panjang dari alat musik ini biasanya berkisar antara 1-2 meter hingga bisa mencapai panjang 3 proses pembuatan, batang pohon dipanen. Orang Aborigin mencari pohon berayap tertentu yang berlubang. Sebelum ditebang, pohon diamati terlebih dahulu, diketuk, lalu dikupas sedikit ke belakang untuk mengetahui apakah lubang tersebut menghasilkan resonansi bunyi yang baik. Barulah proses pembuatan dengan melepas kulit luar batang pohon, lalu membentuknya menjadi Didgeridoo. Alat musik Didgeridoo dimainkan dengan cara ditiup. Pada dasarnya, alat musik ini memang hanya memiliki 1 nada dasar yang bisa dihasilkan ketika kita memainkannya. Semakin panjang alat musik ini dibuat, maka nada yang dihasilkan pun semakin rendah. Meski tampilannya yang sederhana dengan bentuk memanjang, orang Aborigin tetap memiliki teknik khusus yang berkaitan dengan teknik pernapasan untuk memainkan alat musik ini secara benar. Mereka meniup dengan bibir yang bergetar, Tekanan udara dipelihara, mereka meniup melalui mulut dan pernapasan melalui hidung dengan menggunakan pipi sebagai tempat menyimpan udara.[4] Variasi dalam suara alat musik ini dibuat dengan menggunakan pita suara si pemain. Alhasil, alat musik ini akan memberikan efek suara tinggi hingga rendah tergantung bagaimana cara si pemain menggunakan. Dalam perkembangannya, banyak nama dan sebutan lain untuk alat musik didgeridoo di antara suku Aborigin. Yidaki adalah salah satu nama yang paling umum digunakan, meskipun sebenarnya Yidaki mengacu pada jenis instrumen tertentu yang digunakan oleh masyarakat Yolngu di timur laut Arnhem Land . Lalu, ada sebutan Mandapul dan di Arnhem Land barat, dan ada istilah perannya, musik adalah bagian penting dari budaya asli masyarakat Aborigin. Masyarakat Aborigin memanfaatkan alat musik dalam berbagai hal. Tetapi, tidak semua masyarakat Aborigin yang menggunakan musik ini. Masa pendudukan Suku Aborigin, alat musik Didgeridoo biasanya digunakan sebagai pengiring nyanyian seremonial atau rekreasi, atau, lebih jarang, sebagai alat musik tunggal.[5] Dalam memanfaatkan musik, lagu yang diiringi alat musik liriknya sangat berbeda dari satu lagu ke lagu lainnya, dan dapat bervariasi tergantung tujuan yang ingin tradisional asli Australia memiliki banyak makna bagi budaya mereka. Suku Aborigin turut menggunakan musik sebagai sarana komunikasi mereka. Dalam setiap peristiwa yang terjadi, mereka memiliki catatan momen tersendiri melalui musik. Orang – orang Aborigin berpetualang ke alam dan mendengarkan berbagai macam suara yang ada di alam, tidak hanya suara tetapi juga kepakan sayap atau hentakan kaki di tanah. Suku Aborigin juga mendengarkan suara angin, guntur, pohon berderit, dan air mengalir. Hal ini sering mereka lakukan karena memang pada dasarnya kehidupan Suku Aborigin banyak dihabiskan di alam. Mereka terutama yang laki-laki saling bekerjasama dalam berburu hewan, dan membuat rumah-rumah sederhana dari ranting dan kulit pohon atau yang kerap disebut gunyah.[6]Inti dari semua suara yang mereka dapatkan di alam mereka implementasikan dalam alat musik didgeridoo. Hasilnya, ada lagu berburu, lagu pemakaman, lagu tentang mitos – mitos, lagu tentang lingkungan sekitar, hingga lagu – lagu lainnya. Tidak jarang pula, kepala suku yang memimpin kehidupan sosial dan pemerintahan, juga memimpin penggunaan musik tradisional pada masyarakat Suku Aborigin. Dalam Jurnal Aboriginal Sound Instrument oleh Alice M. Moyle yang diterbitkan oleh Australian Institute of Aboriginal and Torres Strait Islander Studies dijelaskan bahwa anak-anak suku Aborigin diajarkan tentang budaya mereka pada usia yang sangat muda melalui musik disamping seni tari.[7] Kebanyakan dari musik yang digunakan masyarakat Suku Aborigin memang selalu ditampilkan sebagai pengiring tarian – tarian. Melalui musik, masyarakat Suku Aborigin menciptakan lagu – lagu khusus yang memiliki makna sakral. Mereka percaya bahwa lagu itu memiliki informasi penting tentang sejarah diri mereka. Dari musik, Suku Aborigin bisa belajar tentang kehidupan mereka, bagaimana sejarah mereka ada, cara mereka bertahan hidup terhadap segala situasi, hingga belajar tentang moral dan nilai-nilai serta peran dan tanggung jawab melalui seni musik tradisional. Selain itu, masyarakat Aborigin memanfaatkan musik sebagai sarana dalam acara-acara khusus. Didgeridoo dimainkan sebagai sarana rekreasi dan untuk tujuan hiburan di luar upacara di Australia. Selain itu, salah satu sebab lainnya yang membuat musik menjadi bagian dari aktivitas suku Aborigin australia adalah banyaknya macam macam ritual adat yang menggunakan musik sebagai perantarannya, seperti Upacara Pukulama, The Pukumani, dan ritual The yam Kulama.[8] Dalam Upacara Kulama, musik disenandungkan selama 3 hari 3 malam. The Pukumani, disediakan sebuah forum untuk mengekspresikan jiwa seni melalui musik disamping tari, patung dan lukisan tubuh. Dan dalam ritual The Yam Kulama, musik dimanfaatkan sebagai media untuk mengungkapkan keinginan masa depan yang sehat dan sejahtera. Maka dari itu, mereka sangat menghargai musik dan lagu – lagu yang ada pada saat zaman kontemporer sekarang, Didgeridoo masih banyak di mainkan oleh Orang Aborigin asli. Didgeridoo juga telah menyebar ke seluruh dunia, yang melahirkan ribuan musisi Didgeridoo di berbagai penjuru wilayah. Alat musik ini bahkan dinobatkan sebagai alat musik Aborigin nasional di Australia sekarang. Dan kini budaya musik Australia semakin banyak digunakan dalam acara – acara seremonial. Kebudayaan seperti Tari Tiwi, Yabun festival, Tjungu festival, hingga Laura Aboriginal Dance juga memanfaatkan musik sebagai Australia adalah benua terkecil yang ada di dunia. Negara Australia ditempati oleh penduduk asli yang dikenal sebagai Suku Aborigin. Sebelum kedatangan bangsa Barat, telah ditemui berbagai macam ritual, tarian tradisional, dan berbagai atribut kebudayaan yang menghiasi kehidupan orang-orang Aborigin. Suku Aborigin telah mencetak sejarah gemilang dalam ranah kesenian. Seni musik memiliki banyak makna bagi kehidupan orang Suku Aborigin. Alat musik pertama yang muncul saat itu bernama Didgeeridoo sebuah alat musik tiup yang menyerupai pipa panjang terbuat dari kayu dengan permukaan yang agak melengkung. Musik digunakan untuk berbagai keperluan kehidupan, seperti sarana komunikasi, pengenalan budaya Aborigin, pengiring upacara sakral, sarana belajar tentang moral dan nilai-nilai kehidupan, hingga pengiring tarian – tarian tertentu. Itulah mengapa musik memegang peranan penting dalam sejarah orang Aborigin Australia. Dan hingga kini, musik masih terus menjadi bagian suku Aborigin Australia yang dimanfaatkan dalam berbagai tujuan. [1] Dadan Adi Australia Prakolonial Sebelum Kedatangan Bangsa Inggris . Jurnal Candi. Vol. 20, Maret 2020. Hal. 48 – 49 [2] Fitriani, Amalia. Penerapan Kebijakan Asimilasi Terhadap Anak-Anak Aborigin “Half Caste” di Australia 1937-1967.Skripsi di Program Studi Ilmu, Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, Universitas [6] Shaw. The Story of Australia. Faber and Faber Limited. 50 { "validationUrl" "/bin/ta/postauth", "validationFavouritesUrl" "/bin/australia/favourites/sanitycheck", "campaignIntegrationUrl" "/bin/create/recipient", "homePagePath" "/content/australia/ "FYASignUpDtmConfig" { "event" "taCustEvent", "custEvent" "FYASignUp", "custAction" "event2" }, "taIdRetryLimit" 3 } { "profileUpdate" { "screenSet" "Aus-ProfileUpdate", "startScreen" "gigya-update-profile-screen" }, "registration" { "screenSet" "Aus-V3-RegistrationLogin", "startScreen" "aus-link-account" }, "login" { "screenSet" "Aus-V3-RegistrationLogin", "startScreen" "aus-link-account" }, "resetPassword" { "screenSet" "Aus-V3-RegistrationLogin", "startScreen" "gigya-reset-password-screen" } } Close Email terverifikasi Selamat datang di Tourism Australia. Email Anda berhasil diverifikasi. Silakan klik tombol di bawah untuk lanjut login. Acknowledgement of Country Kami mengakui bahwa Penduduk Asli Aborigin dan Torres Strait Islander adalah pemilik daratan, laut, dan perairan di benua Australia, dan mengakui pemeliharaan budaya dan negara mereka selama lebih dari tahun. Baca selengkapnya *Penafian Produk Tourism Australia bukan pihak pemilik, operator, pengiklan atau promotor produk dari layanan yang terdaftar. Informasi tentang produk dan layanan yang terdaftar, termasuk akreditasi Covid-safe, disediakan oleh operator pihak ketiga dan benar pada saat dipublikasikan di Tourism Australia data Warehouse. Tarif bersifat indikatif berdasarkan harga minimum dan maksimum yang tersedia dari produk dan layanan. Silakan kunjungi situs web operator untuk informasi lebih lanjut. Semua harga dikutip dalam Australia dollar AUD. Tourism Australia tidak membuat pernyataan apapun tentang situs web lain mana pun yang mungkin anda akses melalui situs webnya seperti Beberapa situs web yang ditautkan ke situs web Tourism Australia tidak bergantung pada Tourism Australia dan tidak berada di bawah kendali Tourism Australia. Tourism Australia tidak mendukung atau menerima tanggung jawab apa pun atas penggunaan situs web yang dimiliki atau dioperasikan oleh pihak ketiga dan tidak membuat pernyataan atau jaminan sehubungan dengan standar, kelas atau kesesuaian untuk tujuan layanan apa pun. Menghormati jaminan produk atau layanan apapun berdasarkan informasi, materi atau konten apapun untuk ditautkan dari atau ke situs ini. *Penafian Produk Tourism Australia bukan pihak pemilik, operator, pengiklan atau promotor produk dari layanan yang terdaftar. Informasi tentang produk dan layanan yang terdaftar, termasuk akreditasi Covid-safe, disediakan oleh operator pihak ketiga dan benar pada saat dipublikasikan di Tourism Australia data Warehouse. Tarif bersifat indikatif berdasarkan harga minimum dan maksimum yang tersedia dari produk dan layanan. Silakan kunjungi situs web operator untuk informasi lebih lanjut. Semua harga dikutip dalam Australia dollar AUD. Tourism Australia tidak membuat pernyataan apapun tentang situs web lain mana pun yang mungkin anda akses melalui situs webnya seperti Beberapa situs web yang ditautkan ke situs web Tourism Australia tidak bergantung pada Tourism Australia dan tidak berada di bawah kendali Tourism Australia. Tourism Australia tidak mendukung atau menerima tanggung jawab apa pun atas penggunaan situs web yang dimiliki atau dioperasikan oleh pihak ketiga dan tidak membuat pernyataan atau jaminan sehubungan dengan standar, kelas atau kesesuaian untuk tujuan layanan apa pun. Menghormati jaminan produk atau layanan apapun berdasarkan informasi, materi atau konten apapun untuk ditautkan dari atau ke situs ini. © Tourism Australia 2023 {"PageInfo"{"template""","component""PageInfo","jcrCreated""Wed May 31 093135 AEST 2023","jcrCreatedBy""","lastModifiedBy""","lastModified""Wed May 31 093050 AEST 2023","contentType"""},"CategorizedIconLinks"{"component""CategorizedIconLinks","title"""},"Hero"{"component""Hero","subTitle""","title""Aborigin Australia","playerId""H17YlEIxX"}} Suku Aborigin – Sejarah, Asal Usul dan Kehidupannya Lengkap – Untuk pembahasan kali ini kami akan mengulas mengenai Suku Aborigin yang dimana dalam hal ini meliputi sejarah, asal usul dan kehidupannya lengkap, nah agar lebih memahami dan dimengerti simak ulasannya dibawah ini. Kata aborigin dalam bahasa Inggris mempunyai arti “penduduk asli/penduduk pribumi”,dan mulai digunakan sejak abad ke-17 untuk mengacu kepada penduduk asli Australia saat berasal dari Asia Tenggara, memasuki benua Australia dari utara. Pada waktu itu,Australia bersatu dengan pulau Irian. Memang, ada banyak kesamaan antara kebudayaan kuno Asia Tenggara dan kebudayaan Aborigin. Suku Aborigin adalah suku Pribumi Australia. LOKASI Suku Aborigin tinggal dan memeliharatanah air Australia selama hampir tahun dengan menggunakan sistem pemerintahan danhukum mereka sendiri. Konon, mereka menetap di benua terkecil itu selama ribuan tahun yanglalu. Tapi kemudian mereka tergeser oleh bangsa pendatang yang lebih cerdas´ berkulit putihdari Eropa. Secara fisik, suku Aborigin seperti orang-orang Papua berkulit gelap dan berambutkeriting, tapi sekarang sudah mengalami perubahan, yakin berkulit kecoklat-coklatan danberambut ikal. Baca Artikel Terkait Tentang Materi “Suku Maori” Sejarah & Ciri Fisik – Mata Pencaharian – Kebudayaan Asal mulanya mereka mempunyai daratan yang sama. Para ilmuwan menyatakan, karenaproses alam yang bergerak, daratan besar itu kemudian berpisah. Di sebelah selatan menjadiAustralia. Sementara di daratan sebelah utara menjadi pulau Papua yang masuk wilayahIndonesia. Klop dengan nama Australia berasal dari kataAustralis ´ yang dalam bahasa latinberarti Selatan´, sementara orang Belanda menyebut Australische ´ yang memiliki berkulit gelap itu kemudian terpisah. Keduanya menjalani nasib sendiri-sendiri dinegara yang berbeda. Baik di Indonesia maupun Australia mereka sulit eksis karenaketerbelakangan. Rupanya, perbedaan warna kulit yang mencolok di daratan selatan menjadikansuku aborigin kurang berutung. Kaum pendatang di Australia yang berkulit putih mulusmemperlakukan peduduk asli itu tidak sewajarnya. Di saat persemakmuran Australia berdiri pada1 Januari 1701 misalnya, suku aborigin dianggap bagian dari fauna! Para pendatang, menganggap penduduk aborigin Australia sebagai nomad yang dapatdiusir dari tempatnya untuk digunakan sebagai kawasan pertanian. Hal ini berakibat fatal, yaituterputusnya bangsa aborigin dari tempat tinggal, air dan sumber hidupnya. Terlebih lagi dengankondisi mereka yang lemah akibat penyakit. Kondisi ini mengakibatkan populasi bangsa aboriginberkurang hingga 90% pada periode antara 1788 – 1900. Seluruh komunitas aborigin yang beradapada daerah yang cukup subur di bagian selatan bahkan punah tanpa jejak. Suku Aborigin dan Torres Strait Islander adalah suku Pribumi Australia. Mereka sudah tinggal dan memlihara tanah air Australia selama hampir tahun dengan menggunakan sistem pemerintahan dan hukum mereka sendiri. Konon, mereka menetap di benua terkecil itu selama ribuan tahun yang lalu. Tapi kemudian mereka tergeser oleh bangsa pendatang yang lebih “cerdas” berkulit putih dari Eropa. Secara fisik, suku Aborigin seperti orang-orang Papua berkulit gelap dan berambut keriting, tapi sekarang sudah mengalami perubahan, yakin berkulit kecoklat-coklatan dan berambut ikal. Asal mulanya mereka mempunyai daratan yang sama. Para ilmuwan menyatakan, karena proses alam yang bergerak, daratan besar itu kemudian berpisah. Di sebelah selatan menjadi Australia. Sementara di daratan sebelah utara menjadi pulau Papua yang masuk wilayah Indonesia. Klop dengan nama Australia berasal dari kata “Australis” yang dalam bahasa latin berarti “Selatan”, sementara orang Belanda menyebut “Australische” yang memiliki makna sama. Suku berkulit gelap itu kemudian terpisah. Keduanya menjalani nasib sendiri-sendiri di negara yang berbeda. Baik di Indonesia maupun Australia mereka sulit eksis karena keterbelakangan. Rupanya, perbedaan warna kulit yang mencolok di daratan selatan menjadikan suku aborigin kurang berutung. Kaum pendatang di Australia yang berkulit putih mulus memperlakukan peduduk asli itu tidak sewajarnya. Di saat persemakmuran Australia berdiri pada 1 Januari 1701 misalnya, suku aborigin dianggap bagian dari fauna! Wuiih.. ini sih, bener-bener parah. Namun pandangan Australia berangsur-angsur melunak dan memberikan ruang bagi penduduk asli tersebut setelah konon banyak melakukan pembunuhan. Caranya yang agak unik Australia menetapkan politik asimilasi untuk mencampur dua jenis manusia yang memiliki warna kulit berbeda itu. Anak-anak aborigin dipisahkan dari keluarganya secara paksa kemudian di tempatkan di panti asuhan untuk “diputihkan”. Sebagian kemudian diasuh oleh si kulit putih sebagai pekerja atau pembantu. Anak laki-laki dipungut untuk dijadikan pekerja gratis di peternakan terpencil. Mereka dihukum berat ketika berbuat tidak salah atau sesuatu yang tidak menyenangkan. Sama seperti apartheid, rupanya nasib aborigin juga ditentukan oleh warna kulit. Dari sinilah muncul istilah “the stolen generation” yang membuat Perdana Menteri Australia sekarang, Kevin Rudd, meminta maaf. Di awal 2006, pemerintah Australia pernah melemparkan isu pemusnahan etnik pada penduduk Papua oleh Indonesia. Entah dari mana isu itu berkembang, media setempat mengopinikan secara besar-besaran. Herman Wanggai, pimpian sparatis Papua yang mendapat visa Australia mengatakan, ratusan ribu warga Papua telah dibantai habis. Meski pun berkata seperti itu, Wanggai tidak bisa membuktikan kata-katanya. Terlebih, ketika aktivis HAM menelusuri laporan tersebut juga tidak menemukan pembantaian. Banyak yang menduga, ini politik Australia untuk mendeskreditkan Indonesia di mata internasional. Australia seolah ingin menumpahkan “dosa” pada Indonesia atas perlakuan terhadap suku berkulit gelap itu. Karena tidak terbukti, tuduhan itu seolah menjadi bumerang bagi Australia atas perlakuan pada suku Australia selalu cari masalah dengan Indonesia, ya.. Masih inget, Autralia kelurain warning travel yang sebenarnya gak perlu bagi warganya yang mau ke Indonesia! Baca Artikel Terkait Tentang Materi Komponen Peta Asal Usul Aborigin Berikut ini terdapat asal usul aborigin, terdiri atas Aborigin Di Australia Australia adalah negara terbesar ke-enam di dunia dari segi luasnya, lebih kecil bila dibandingkan dengan Rusia, Kanada, Cina, Amerika Serikat, dan Brasil. Australia adalah benua terkecil, sedangkan yang terbesar adalah Asia yang luasnya km2. Manusia menghuni Australia sudah sejak lama sekali. Penghuni asli Australia disebut orang Aborijin. Dalam bahasa Latin kata aborigine’ mempunyai arti dari awal mula’. Umumnya orang percaya bahwa mereka aborijin telah tinggal di Australia setidaknya selama tahun. Beberapa bukti ilmiah terbaru menunjukkan bahwa manusia telah menghuni Australia lebih dari tahun yang lalu. Tampaknya beberapa orang Aborijin ini datang dari Asia Tenggara selama zaman es. Pada waktu itu permukaan laut lebih rendah daripada sekarang dan celah pemisah antara Australia dan Indonesia lebih sempit. Bangsa Aborigin Bangsa Aborigin adalah penduduk asli/awal benua Australia dan kepulauan disekitarnya, termasuk juga mencakup Tasmania dan kepulauan selat Torres. Kata aborigin dalam bahasa Inggris mempunyai arti “penduduk asli/penduduk pribumi”, dan mulai digunakan sejak abad ke-17 untuk mengacu kepada penduduk asli Australia saat itu. Saat ini belum ada teori yang jelas atau berterima tentang asal ras bangsa aborigin Australia. Meskipun mereka bermigrasi ke Australia melalui Asia Tenggara, namun tidak ada keterkaitan dengan populasi suku-bangsa di Asia, dan juga dengan penduduk kepulauan yang berdekatan, seperti Melanesia dan Polinesia. Saat pertama kali terjadi kontak dengan Eropa, diperkirakan terdapat sekitar hingga 1 juta orang tinggal di Australia. Level populasi ini diperkirakan pula telah cukup stabil selama ribuan tahun. Sejak Hunian Orang Eropa Pada tahun 1770, James Cook mendarat di pantai timur Australia dan mengambilalih daerah tersebut dan menamakannya sebagai New South Wales, sebagai bagian dari Britania Raya. Kolonisasi Inggris di Australia, yang dimulai pada tahun 1788, menjadi bencana besar bagi penduduk aborigin Australia. Wabah penyakit dari eropa, seperti cacar, campak dan influenza menyebar di daerah pendudukan. Para pendatang, menganggap penduduk aborigin Australia sebagai nomad yang dapat diusir dari tempatnya untuk digunakan sebagai kawasan pertanian. Hal ini berakibat fatal, yaitu terputusnya bangsa aborigin dari tempat tinggal, air dan sumber hidupnya. Terlebih lagi dengan kondisi mereka yang lemah akibat penyakit. Kondisi ini mengakibatkan populasi bangsa aborigin berkurang hingga 90% pada periode antara 1788 – 1900. Seluruh komunitas aborigin yang berada pada daerah yang cukup subur di bagian selatan bahkan punah tanpa jejak. Sesudah tahun 1788, orang-orang Eropa secara sedikit demi sedikit mengambil alih seluruh Australia. Mereka dengan segera melebihi jumlah orang Aborijin Australia. Orang Eropa menganggap tanah Australia sebagai tanah yang luas dan umumnya kosong oleh karena itu, mereka menyebutnya terra nullius, yaitu tanah yang kosong. Orang Aborijin memandang segala hal secara berbeda. Mereka telah menempati Australia selama ribuan tahun. Bagi mereka, tanah mereka telah dijajah oleh orang Eropa dan tanah itu tidak lagi memiliki mereka. Pada tahun 1788, ketika orang Eropa mulai mendirikan daerah hunian di Australia, jumlah orang Aborijin mungkin berkisar antara dan 1,5 juta orang. Suku-suku Aborijin harus memutuskan apakah mereka akan menolak atau menerima pendatang baru. Pada umumnya terjadi perlawanan dari orang Aborijin terhadap hunian orang Eropa dan seringkali perlawanan itu keras. Namun, orang Aborijin seringkali bekerja bagi orang Eropa sebagai pemandu, pembantu rumah tangga, pekerja pertanian, penjaga ternak, dan bahkan sebagai poli. Dampak Asimilasi Berikut ini terdapat beberapa dampak asimilasi suku aborigin, terdiri atas Dampak Kesehatan Timbul penyakit baru yang menyebabkan wabah yang menyebabkan kematian banyak orang Aborijin. Obat bius, seperti tembakau dan alkohol juga diperkenalkan. Keduanya terus-menerus menimbulkan akibat yang serius terhadap kesehatan orang Aborijin. Pola Konsumsi Makanan baru, seperti tepung gandum dan gula juga punya andil dalam memperburuk kesehatan masyarakat Aborijin yang sudah terbiasa dengan makanan yang berbeda. Banyak orang Aborijin yang mulai pola hidup seperti orang eropa hal ini di fasilitasi oleh Pemerintah colonial memberikan pakaian dan makanan, bahkan perumahan kepada orang-orang Aborijin yang tidak mempunyai tempat tinggal. banyak orang Aborijin yang dipaksa tinggal di daerah suaka yang kecil atau di daerah misi gereja. Dalam upaya untuk membuat mereka menjadi lebih seperti orang Eropa, beribu-ribu anak Aborijin dilepaskan dari keluarga Aborijinnya untuk dibesarkan dengan cara Eropa. Dampak Kebudayaan Pada saat itu dianggap bahwa orang Aborijin akan lebih baik keadaannya jika hidupnya seperti cara orang Eropa. Namun, Dengan demikian, orang Aborijin Australia kehilangan kebebasan mereka dan kehidupannya menjadi sangat terkendalikan. Mereka benar-benar mengalami bahaya kehilangan kebudayaan mereka. Pemerintah menyadari keadaan orang Aborijin yang menyedihkan tersebut. Hal ini ternyata mempunyai dampak yang merusak bagi kehidupan orang Aborijin dan budayanya, dan masih dirasakan sampai sekarang. Sekarang kebijakan untuk “mengasimilasikan” orang Aborijin ke dalam budaya Eropa telah dihentikan. Sejak tahun 1960-an. Baca Artikel Terkait Tentang Materi Benua Australia Konflik Tasmania Dan Genosida Di Tasmania konflik yang terjadi di antara para pemukim dari Eropa dan orang-orang Aborijin adalah yang paling serius. Semakin meningkatnya konflik tersebut akhirnya mendorong Pemerintah Kolonial untuk menyatakan undang-undang darurat perang. Banyak orang Aborijin yang terbunuh dengan adanya sistem ini. Populasi Aborijin Tasmania menurun dari kira-kira 6,000 orang pada tahun 1803 menjadi kira-kira 500 orang pada tahun 1830. Orang-orang yang tersisa dipindahkan ke Pulau Flinders di Selat Bass. Sebagian dari orang-orang ini melakukan perkawinan silang dengan orang-orang Eropa, tetapi menjelang tahun 1976 tidak ada lagi orang Aborijin Tasmania yang masih hidup. Perburuan terhadap orang Aborigin sudah dilakukan sejak masa awal Australia-Eropa. Tujuan pertamanya adalah merebut tanah-tanah kaum Aborigin, untuk dijadikan lading pertanian dan peternakan para pendatang Eropa. Di Tasmania, sebuah pulau di tenggara Australia, misalnya, lebih dari orang Aborigin dibantai pada 1820. Suasananya, ketika itu, tak ubahnya perburuan binatang liar. Para korban, yang sebagian besar sama sekali tak bersenjata, ditembaki secara membabi buta, atau ditikam dengan kelewang. Tak peduli wanita atau anak-anak, orang uzur atau yang sudah menyatakan berserah diri. Segelintir sisa yang selamat lalu naik ke gunung-gunung batu, hidup sepenuhnya dari sedekah alam. Tapi, 17 tahun sebelumnya, beberapa pendatang Eropa sudah membunuh sejumlah Aborigin Tasmania di Ridson. Pada 1830, lebih dari pendatang Eropa membentuk apa yang mereka sebut Black Line Garis Hitam. Melalui garis imajiner ini, mereka berjuang untuk mengurung seluruh warga Aborigin Tasmania, dan menggiring mereka ke Semenanjung Tasmania, jauh dari masyarakat pendatang. Upaya ini gagal. Namun, sejumlah warga Aborigin bisa dipindahkan ke Pulau Flinders. Para kolonialis tidak hanya datang membawa bedil, kelewang, dan nafsu membunuh. Mereka juga memboyong berbagai penyakit “modern”, yang sebelumnya tak dikenal oleh orang Aborigin. Penyakit itu adalah influenza, cacar, campak, batuk rejan, dan -tentu saja- raja singa. Cacar, misalnya, berjangkit dengan buas di sekujur Victoria, New South Wales, Queensland, dan Australia Selatan, terutama pada periode 1829-1831. Setiap gubernur Australia dan pemerintah federal negeri itu hingga 1915 bercita-cita untuk mengucilkan orang Aborigin. Mereka melancarkan program “asimilasi”, istilah eufimistis untuk pemusnahan. Menurut program itu, orang Aborigin harus berasimilasi dengan “masyarakat normal”, atau “mati sebagai ras”. Masyarakat normal yang dimaksud tentulah masyarakat kulit putih. Titik Balik Masyarakat Aborigin Sejak tahun 1960-an situasinya berubah Orang Aborijin Australia mempunyai kewarganegaraan penuh. Pemerintah Australia telah mulai berkonsultasi dengan masyarakat Aborijin mengenai kebutuhan mereka. Gaji, pendidikan, perumahan, layanan kesehatan, dan layanan kesejahteraan telah jauh dikembangkan. Namun, perbaikan ini tidak mengarah ke perbaikan mutu kehidupan orang Aborijin agar mencapai standar yang sama dengan orang Australia yang non-Aborijin. Rekonsiliasi Orang Aborogin dan Torres Strait Islander menderita kerugian besar dan ketidakadilan setelah orang-orang Inggris bermukim di sini pada akhir abad ke 18. Banyak dari antara mereka yang menjadi korban penyakit yang dibawa oleh orangorang kolonial tersebut; banyak sekali dari suku pribumi ini yang direbut tanahnya; and sistem sosial serta kekeluargaan mereka menjadi terganggu dan hampir musnah. Sampai tahun 1960-an sedikit sekali pengakuan resmi yang diberikan pada kebudayaan serta sejarah orang Aborigin dan Torres Strait Islander atau pada hak serta tanggung jawab mereka sebagai warganegara. Walaupun Undang-undang Kebangsaan dan Kewarganegaraan / Nationality and Citizenship Act 1948 memberikan kewarganegaraan pada semua penduduk Australia, tidak semua suku pribumi Australia menerima semua hak politik, sosial dan ekonomi yang dinikmati orang Australia lainnya sampai lama setelahnya. Sejak tahun 1967 waktu suku Aborigin dan Torres Strait Islander menerima hak untuk memberikan suara pada semua pemilihan Commonwealth, State dan Territory, suku pribumi Australia telah berjuang banyak untuk mencapai keadilan dan persamaan hak. Kebijakan Pemerintah tentang penentuan kebulatan tekad sendiri telah mendorong keterlibatan suku pribumi dalam mengambil keputusan yang menyangkut kehidupan mereka. Pada tahun 1991 Dewan Rekonsiliasi Aborigin dibentuk untuk mempromosikan Rekonsiliasi antara suku pribumi Australia dengan penduduk Australia lainnya. Untuk Dewan ini, tujuan Rekonsiliasi adalah persatuan negara Australia yang menghormati tanah air kita; menghargai warisan suku Aborigin dan Torres Strait Islander; dan memberi keadilan serta persamaan hak pada semua orang. Pada tahun 1966 Parlemen Australia membuat pernyataan komitmen tentang persamaan hak bagi semua orang Australia. Ini termasuk komitmen dalam proses rekonsiliasi dengan suku Aborigin dan Torres Strait Islander – khususnya dalam mengatasi kerugian sosial dan ekonomi mereka. Pada bulan November 2000 pemerintah Australia dan semua pemerintah State dan Territory membuat komitmen untuk meneruskan dukungan mereka pada proses Rekonsiliasi dengan memperkecil kerugian yang dihadapi oleh suku pribumi Australia. Rekonsiliasi sekarang merupakan hal yang penting bagi masyarakat Australia. Ada banyak debat tentang apa arti rekonsiliasi, dan tentang bagaimana hal tersebut dapat dicapai di Australia. Proses menuju rekonsiliasi bukanlah suatu proses yang mudah, tapi Australia telah mengambil beberapa langkah penting dalam beberapa tahun terakhir ini. Pendidikan merupakan bagian penting dari proses ini. Orang Aborijin Pada Masa Kini Penduduk Aborijin telah berkembang jumlahnya akhir-akhir ini dan distribusinya telah banyak berubah. Penduduk Aborijin kira-kira 2001 orang atau kira-kira 2% atau sekitar 2,3% dari penduduk Australia yang berjumlah 20 juta kompas, 2007. Mayoritas orang Aborijin sekarang tinggal di kota-kota. Beberapa orang Aborijin Australia telah menikah dengan orang yang bukan Aborijin. Banyak anak-anak dari hasil pernikahan ini yang tetap tinggal dalam masyarakat Aborijin dan menganggap dirinya sebagai orang Aborijin. Banyak dari mereka yang dulunya terpisah dari keluarganya melalui kebijakan lama untuk menggunakan cara Eropa kemudian berupaya menyatu kembali dengan keluarganya. Jumlah populasi suku aborijin pada sensus penduduk tahun 2001. New South Wales – 134,888 Queensland – 125,910 Western Australia – 65,931 Northern Territory – 56,875 Victoria – 27,846 South Australia – 25,544 Tasmania – 17,384 ACT – 3,909 Other Territories – 233 Permasalahan Baru Kemiskinan lebih umum dijumpai di antara orang Aborijin daripada orang Australia lainnya. Mereka mengalami tingkat pengangguran yang tinggi; pendapatan yang lebih rendah; harapan hidup yang lebih pendek; tingkat kematian bayi yang lebih tinggi; lebih banyak penyakit, seperti kencing-manis, kelainan dalam peredaran darah dan pernapasan, penyakit telinga dan kelainan mata; keadaan perumahan yang berdesak-desakan, terutama di daerah pedesaan dan daerah terpencil. Komitmen Pemerintah Pemerintah Australia berketetapan untuk memperbaiki situasi ini. Pemerintah mengakui bahwa perbaikan hanya akan dapat dicapai melalui perubahan dalam sikap masyarakat dan dengan mengakui hak-hak warganegara asli Australia tersebut. Perbaikan kesehatan dan perumahan dianggap sebagai hal yang sangat penting. Layanan pendidikan juga telah diberikan kepada orang-orang Aborijin. Bantuan pemerintah telah memungkinkan orang-orang Aborijin untuk memasuki semua tingkat pendidikan serta pendidikan tinggi dan pendidikan teknik. Di beberapa tempat, masyarakat Aborijin telah mendirikan sekolah-sekolah dengan dukungan pemerintah. Baca Artikel Terkait Tentang Materi Ras Adalah Kehidupan Suku Aborigin Mereka hidup dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan food gathering dan ini sudah dipertahankan semenjak beribu-ribu tahun sebelum kedatangan bangsa kulit putih. Mereka tidak mengenal pertanian, karena, disamping faktor lingkungan alam yang kurang mendukung untuk diolah menjadi lahan pertanian, juga disebabkan oleh tidak adanya bibit tanaman untuk pertanian. Kenyataan ini ternyata dapat mereka pertahankan dalam waktu yang lama, karena cara ini mereka anggap paling effesien dalam memanfaatkan alam sebagai sumber kehidupan. Orang Aborigin menganggap diri mereka adalah bahagian dari alam dan semua benda-benda alam seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan, menurut mereka, mempunyai sifat yang sama dengan manusia. Oleh karenanya dalam tradisi Aborigin sangat dipentingkan menjaga keharmonisan alam. Dalam mengumpulkan bahan makanan dan berburu mereka selalu menjaga keseimbangan alam serta mampu memelihara sumber kehidupan. Sehingga dengan demikian persediaan sumber itu selalu terjamin. Menurut tradisi orang-orang Aborigin, tanah adalah merupakan bahagian yang sangat penting dalam kehidupan mereka. Tanah adalah suatu yang bersifat sakral, pemilikan atas tanah adalah mutlak untuk menjaga keharmonisan jagad raya. Sebelum kedatangan orang Eropa, hampir semua daratan Australia telah dipatok menjadi wilayah-wilayah suci setiap suku Aborigin. Wilayah dan batas-batasnya border mereka ingat dengan baik melalui balada-balada, karena mereka memang tidak melakukan pencatatan tertulis untuk itu. Di wilayah-wilayah itulah mereka melakukan segala kegiatan mulai dari berburu, mengumpul bahan makanan dan melaksanakan upacara-upacara keagamaan. Setiap border biasanya didiami oleh satu suku Aborigin yang masing masing memiliki spesifikasi budaya dan bahasa yang berbeda-beda. Kebudayaan Suku Aborigin Etnik Aborigin, pemukim benua Australia, pada sekitar abad-abad kedatangan bangsa kulit putih abad ke 18, diperkirakan berjumlah orang. Mereka mendiami pantai-pantai utara dan timur serta lembah sungai Murray dan sebahagian kecil lainnya berada di Tasmania Kitley, 1994;362. Tidak ada penjelasan yang lebih pasti tentang kapan pertama kali orang-orang Aborigin mulai menempati benua ini, namun yang dapat dipastikan adalah bahwa mereka, sejauh yang dapat diketahui, merupakan pendatang paling awal di Australia yang datang dari belahan utara benua ini. Etnik Aborigin yang hidup di Australia ini mengembangkan kebudayaan sendiri berdasarkan kondisi lingkungan alam di mana mereka hidup. Mereka hidup dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan food gathering dan ini sudah dipertahankan semenjak beribu-ribu tahun sebelum kedatangan bangsa kulit putih. Mereka tidak mengenal pertanian, karena, disamping faktor lingkungan alam yang kurang mendukung untuk diolah menjadi lahan pertanian, juga disebabkan oleh tidak adanya bibit tanaman untuk pertanian. Kenyataan ini ternyata dapat mereka pertahankan dalam waktu yang lama, karena cara ini mereka anggap paling effesien dalam memanfaatkan alam sebagai sumber kehidupan. Orang Aborigin menganggap diri mereka adalah bahagian dari alam dan semua benda-benda alam seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan, menurut mereka, mempunyai sifat yang sama dengan manusia. Oleh karenanya dalam tradisi Aborigin sangat dipentingkan menjaga keharmonisan alam. Dalam mengumpulkan bahan makanan dan berburu mereka selalu menjaga keseimbangan alam serta mampu memelihara sumber kehidupan. Sehingga dengan demikian persediaan sumber itu selalu terjamin. Menurut tradisi orang-orang Aborigin, tanah adalah merupakan bahagian yang sangat penting dalam kehidupan mereka. Tanah adalah suatu yang bersifat sakral, pemilikan atas tanah adalah mutlak untuk menjaga keharmonisan jagad raya. Sebelum kedatangan orang Eropa, hampir semua daratan Australia telah dipatok menjadi wilayah-wilayah suci setiap suku Aborigin. Wilayah dan batas-batasnya border mereka ingat dengan baik melalui balada-balada, karena mereka memang tidak melakukan pencatatan tertulis untuk itu. Di wilayah-wilayah itulah mereka melakukan segala kegiatan mulai dari berburu, mengumpul bahan makanan dan melaksanakan upacara-upacara keagamaan. Setiap border biasanya didiami oleh satu suku Aborigin yang masing masing memiliki spesifikasi budaya dan bahasa yang berbeda-beda. Orang-orang Aborigin memiliki sistem kepercayaan “dream time”. Mereka percaya kepada arwah nenek moyang dan percaya kepada kekuatan-kekuatan magic yang dimiliki oleh alam terutama binatang. Disamping itu mereka juga dikenal sebagai pembuat obat yang diolah dari sumber-sumber alam. Hidup orang-orang Aborigin dikenal sebagai serba upacara. Hal itu mereka anggap penting dalam setiap pelaksanaan pekerjaan seperti perkawinan, kematian, kelahiran dan sebagainya. Peranan orang tua sangat menentukan dalam sistem kehidupan orang-orang Aborigin. Dewan Orang Tua Council of Elders berperan terutama dalam menentukan perang antar suku, upacara kelahiran, sunatan inisiasi, keuntungan, pembagian makanan dan upacara kematian. Nuansa sakral sangat dominan terlihat dalam kesenian Aborigin. Hal ini dibuktikan dengan ragam kesenian visual yang dihasilkan seperti lukisan, cukilan, goresan dan kerajinan menjalin serat Kitley, 1994;391. Kebanyakan ekspressi kesenian itu dihubungkan dengan arwah para leluhur mereka. Cukilan pada batu dan kayu merupakan peninggalan kesenian dekoratif tertua seperti yang terdapat di kepulauan Melville dan Bathrust yang digunakan untuk dekorasi-dekorasi makam. Orang-orang Aborigin juga sangat dikenal dengan lukisan mereka. Yang paling spesifik dari lukisan itu adalah media lukis yang digunakan yaitu zat pewarna yang alamiah. Pewarna ini mereka olah sendiri dengan menggunakan bahan-bahan murni dari alam terutama tumbuh-tumbuhan. Kesenian dalam Masyarakat Aborigin Australia Konsep kesenian bagi masyarakat tradisional Aborigin jauh berbeda dari konsep kesenian masyarakat Eropa. Dalam masyarakat Aborigin, aktivitas seperti tarian, nyanyian, gambaran pasir, membuat perabot atau menenun keranjang tidak dianggap sebagai aktivitas berbeda seperti Art and Design’ di Eropa. Semua aktivitas tersebut adalah bagian Dreaming dan kehidupan sehari-hari. Lagi pula, tidak ada konsepsi orang ahli kesenian dan seniman, karena semua orang adalah seniman. Orang Aborigin secara tradisional mengunakan bahan alami yang tersedia untuk keseniannya. Di seluruh Australia, lukisan tanah dan gua serta lukisan badan dan dekorasi sangat penting dan memakai bermacam-macam cara dan gaya. Tarian dan musik juga penting sekali bagi masyarakat Aborigin sebagai ekspresi kesenian, dan juga dipengaruhi lingkungan alami. Masa kini, komunitas-komunitas Aborigin di seluruh Australia masih membuat lukisan serta menari dan main musik secara tradisional. Walalupun demikian, makin lama makin banyak kesenian Aborigin dipengaruhi teknik modern. Misalnya, cat akrilik dan kertas bukan kulit kayu digunakan untuk lukisan, dan tarian bisa dimainkan tidak hanya untuk tuntunan atau tontonan khusus Aborigin, tetapi juga untuk ditonton para wisatawan. Baca Artikel Terkait Tentang Materi Pengertian Tradisi Musik Secara tradisional, untuk membuat musik baru, seorang Aborigin akan jalan-jalan walkabout dan mendengarkan bunyi-bunyi binatang – tidak hanya suaranya, tetapi juga bunyi gerakannya. Dia juga akan mendengarkan suara guntur, daun yang tertiup angin, dan aliran air. Inti suara ini terus dimainkan seteliti-telitinya dengan menggunakan didjeridoo dan alat musik lain. Alat musik orang Aborigin berbeda antara satu suku dengan suku lainnya. Walaupun demikian, bumerang, pentung, batang kayu, genderang, giring-giring kayu dan didgeridoo adalah alat musik biasa untuk hampir semua suku. Lagi pula, bertepuk tangan, hentakan kaki menambah musiknya. Untuk lagu-lagu Aborigin, sebuah lagu dinyanyikan sebagai seri yang terbuat dari beberapa syair pendek. Setiap syair ini menceritakan tentang kejadian atau tempat yang ada hubungan dengan nenekmoyangnya. Sedangkan ada juga lagu upacara penuh’, yaitu lagunya khusus untuk menceritakan maksud tarian yang sedang dimainkan. Tetapi, karena Australia luas sekali, banyak lagu tentang satu kejadian bisa berubah dari satu suku sampai satu suku lain. Walaupun intinya sama, tarian atau musiknya beda. Makanya, walaupun seorang Aborigin yang mengunjungi suku lain mungkin tidak bisa mengerti bahasa lokalnya, dia bisa mengerti cerita lagu dan tarian suku itu. Tarian Seperti musik, juga ada banyak gaya tarian antara suku-suku yang berbeda. Umumnya, orang menari dengan banyak gerakan tangan, kaki dan badan yang tetap, khususnya hentakan kaki. Penari yang paling pintar menari dihormati dan terkenal jauh dari tempat asalnya. Dalam upacara, ketika lagu rahasia dinyanyi, tarian menjadi kuat secara mistik. Penari dan alat-alat yang dipakai menjadi dipenuhi kekuatan gaib dan mistik. Walaupun unsurnya tidak berbahaya, jumlah tarian dan nyanyian menjadi kuat dan oleh sebab itu harus dihormati dan dilaksanakan dengan hati-hati. Upacara yang paling kuat memperbaiki lingkungan alam, dan kehidupan komunitas Aborigin. Makanya, tempat di mana upacara ini dimainkan dianggap suci sekali dan seharusnya tidak diubah atau diperkembangan. Sistem Kepercayaan Suku Aborigin Orang-orang Aborigin memiliki sistem kepercayaan “dream time”. Mereka percaya kepada arwah nenek moyang dan percaya kepada kekuatan-kekuatan magic yang dimiliki oleh alam terutama binatang. Disamping itu mereka juga dikenal sebagai pembuat obat yang diolah dari sumber-sumber alam. Hidup orang-orang Aborigin dikenal sebagai serba upacara. Hal itu mereka anggap penting dalam setiap pelaksanaan pekerjaan seperti perkawinan, kematian, kelahiran dan sebagainya. Peranan orang tua sangat menentukan dalam sistem kehidupan orang-orang Aborigin. Dewan Orang Tua Council of Elders berperan terutama dalam menentukan perang antar suku, upacara kelahiran, sunatan inisiasi, keuntungan, pembagian makanan dan upacara kematian. Tingginya kehidupan spiritual bangsa Aborigin membuat mereka jadi obyek penelitianpaling top di dunia bagi para antropologi. Bangsa Aborigin punya kemampuan bermimpimengenai masa lalu dan masa depan bumi kita. Lukisan di bebatuan buah karya nenek moyangmereka menggambarkan sejarah umat manusia saat zaman batu. Kita bisa melihat rupa badak raksasa, binatang purba yang sudah punah, dan binatang lain seperti Wombat dan Emu. Aborigin adalah bangsa yang damai dan penuh kasih, demikian ujar mampu berbuat hal-hal ajaib yang bagi kita tidak mungkin. Misalnya menyembuhkanorang sakit dengan cara yang tak mungkin dilakukan dokter lulusan perguruan tinggi manapun. Tangan penyembuh masuk begitu saja dalam tubuh si sakit. Ketika dikeluarkan, tak ada bekas luka apalagi darah yang tampak. Yang sakit langsung sembuh, tidak peduli sakit apa. Mereka bisa menempuh jarak ribuan kilometer dalam waktu 1 detik. Pernah ada seorang Aborigin asli yang dimasukkan sel sebuah penjara di kota Wyndam. Keesokan harinya diatampak segar bugar sedang meditasi di luar penjara. Padahal gembok dan rantai masih mengikat selnya tanpa ada kerusakan sedikit pun. Dia dimasukkan kembali ke dalam sel. Namun keesokan harinya terjadi hal yang sama. Orang Aborigin itu sudah ada di luar sel, tanpa berusaha melarikan diri kendati mampu. Berpuluh-puluh kali terjadi hal yang sama. Akhirnya saking kesalnya polisi Australia membebaskan sang Aborigin dari penjara. Beberapa ilmuwan antropologi yang meneliti bangsa Aborigin di pedalaman tengahbenua Australia menceritakan hal-hal yang mirip. Bangsa Aborigin asli itu bisa berjalan tanpacidera di tengah api yang menyala-nyala tanpa terbakar. Mereka mampu meniadakan gravitasdan terbang di udara begitu saja. Mereka juga mampu bertahan hidup dalam air selama berjam-jam. Mereka bisa saling berkomunikasi dengan sesama Aborigin asli yang terpisah puluhan ribukilometer berbantuan pikiran saja. Alam materi bukan halangan bagi mereka. Bahasa Suku Aborigin Ada beberapa ratus bahasa dan dialek tradisional aborigin di benua Australia. Kriol adalah yang paling banyak digunakan. Bahasa ini diperkirakan berkembang sebagai hasil darihubungan antara para pendatang asal Eropa dan suku Aborigin di Australia utara. Pertanyaan dari mana kata kanguru berasal, tak lepas dari si penemunya yakni Kapten James Cook Dialah orang yang dipercaya sebagai penemu benua Australia, dari dialahkemudian asal kata kangguru berasal. Ceritanya ketika sang Kapten sudah mendarat dan bertemudengan penduduk lokal Aborigin, ternyata sang Kapten juga memperhatikan, bahwa adabinatang yang bentuknya aneh. Karena itu sang Kapten pun bertanya “What is the name of that creature?” Suku Aborigin yang tidak mengerti bahasa Inggris itu pun menjawab ” Kangaroo” alias “Saya tidak tahu”. Tetapi dasar sang Kapten juga tidak bisa berbahasa Aborigin, maka iajuga menganggukkan kepala, dan berujar ” That creature name is Kangaroo”. Baca Artikel Terkait Tentang Materi Peta Benua Eropa “Dalam suku aborigin, hal biasa bila berbicara 10 bahasa. Jadi, jika berbicara tiga tidak luar biasa kesannya,” Kendati demikian, penggunaan bahasa itu telah menurun hingga mencapaitaraf yang mengkhawatirkan, dari ratusan orang yang menggunakannya pada 200 tahun lalu saatkedatangan koloni Eropa. Kini pengguna bahwa itu tinggal 20 orang saja. Di sana hanya terdapatkurang dari 50 orang bertutur bahasa Banyjima Begitu pula kurang dari 10 pengguna bahasa Yinhawangka. Karena pernah dilarang menggunakan bahasa-bahasa asli kami, membuat bahasa-bahasa tersebut punah. Pada akhir abad ke-18, ketika para koloni mulai berdatangan dari Inggris, warga pribumiAustralia dapat berbicara hingga 250 bahasa berbeda, bersama dengan 500 hingga 600 tetapi, kebijakan untuk memisahkan anak keturunan Aborigin dari keluarganya untuk kemudian berasimilasi dengan warga kulit putih, menciptakan “Perampokan Generasi”,membinasakan bahasa dan budaya asli pada abad belakangan. Dalam beberapa kasus, anak-anak dilarang berbicara dalam bahasa ibu mereka di sekolahatau dalam misi-misi Kristiani. “Kadang orang-orang tua dari suku Aborigin berpikir bahwabahasa mereka dapat menghalangi kemajuan anak-anak mereka. Karena itu, mereka pun tidak menggunakannya lagi,” kata Profesor Michael Walsh, pakar bahasa pribumi kepada AFP. Kemudian yang terjadi adalah hilangnya suatu generasi, tempat orangtua masihmenggunakan bahasa mereka dengan ayah-ibu mereka, tetapi tidak lagi berbicara bahasa aslidengan anak-anak mereka. Sistem Teknologi Terdiri atas Tempat Tinggal Mereka beradaptasi dengan cepat dalammenanggapi perubahan iklim dan lingkungan, dan memodifikasi lanskap menggunakan api bilaperlu, dengan bahan-bahan dari pepohonan yang sederhana dan mereka hidup dalam harmonidan keseimbangan dengan perubahan musiman dan lingkungan. Atap tempat tinggal merekadapat pula dijadikan perahuwater craft. Alat Transportasi Para arkeolog tidak menemukan kapan awalnyasuku Aborigin memulai perjalanannya, namun penggunaan water craft yang dapat menyeberangsejauh 100-160 km dan melewati pulau-pulau dapat mencapai ke wilayah yang lebih selatan atautepatnya di benua paling selatan yang kita sebut Australia, dapat menjadi bukti bahwa sukuAborigin menggunakan alat tersebut untuk melakukan perpindahan tempat tinggal. SukuAborigin yang pertama kali menetap di Australia menemukan lingkungan yang lebih bagus darisaat ini. Alat-Alat Rumah Tangga Seiring dengan perkembangan zaman, suku Aboriginmulai memproduksi alat-alat rumah tangga yang mereka butuhkan dan memanfaatkan bahan-bahan dasar yang ada di sekeliling mereka. Kayu, batu dan logam merupakan bahan dasar untuk membuat alat-alat tersebut. Terutama kayu yang merupakan bahan dasar pembuatan boomerangdan kano serta rakit. Selain itu, para pria dari suku Aborigin gemar untuk membuat jaring, alatpancing sederhana dan panah untuk memudahkan mereka dalam memburu binatang untuk alat-alat produktif mereka. Pakaian Suku Aborigin juga memanfaatkan kulit binatang untuk melindungi diri atau biasa disebut pakaian sebagai pelindung dari cuaca buruk dengan membuatkulit binatang tersebut menjadi sejenis atap . dan di padukan oleh lukisan-lukisan Tubuh untuk menakuti lawan dan biasanya mereka mengenakan bubuk warna putih untuk menghalangipanasnya matahari, dan warna-warna terang seperti merah untuk menakuti lawan. Biasanyamereka melukis badan mereka dengan pola seperti bercak bintik-bintik yang dilukis oleh tanganmereka sendiri. Senjata Boomerang merupakan senjata suku aborigin yang merupakan penduduk asliAustralia. Sedangkan batu digunakan untuk membuat alat-alat batu juga di gunakan untuk membuat alat memasak dan alat untuk menyalakan api. Makanan Sepanjang pantai perempuan memanen laut untuk berbagai makanantermasuk anjing laut, lobster, muttonfish, warreners dan whelks. Mereka juga terjebak burung,dikumpulkan emu, bebek, angsa, redbill dan telur muttonbird, dan diburu untuk hewan daratkecil termasuk kuskus, landak dan Bandicoot. Orang-orang menggunakan minyak dari landak,kuskus, muttonbird, segel dan penguin untuk melapisi kulit mereka sebagai lapisan tahan air dankehangatan terhadap kondisi cuaca ekstrim. Mata Pencarian Pekerjaan sehari-hari sangat minimal. Kaum pria berburu dan para wanitamengumpulkan hasil buruan. Tak ada yang disimpan buat hari esok atau lusa. Mereka hiduphanya untuk satu hari itu. Mereka berburu hanya untuk mengenyangkan perut selama satu harisaja. Tak ada pertanian atau perkebunan. Masyarakat tinggal dalam kelompok-kelompok yang pekerjaannya hanya berburu,memancing dan mengumpulkan makanan. Mereka belum memiliki mental seorang pekerja,karena yang mereka tahu adalah bagaimana untuk menyambung hidup. Namun pada akhirnyakarena perkembangan jaman, mereka mulai berekspansi ke wilayah lain. Binatang-binatang besar yang saat ini sudah punah dan makanan yang berlimpah beradadi beberapa bagian dari benua tersebut. Akan tetapi struktur tanah di Australia yang sebagianterdiri dari gurun pasir menyebabkan beberapa cara untuk mencari makanan seperti, berladangdan bertani mengalami kegagalan. Penduduk Aborigin sangat membatasi jumlah pengumpulanmakanan karena tidak ingin merusak alam di daerah atau wilayah yang mereka diami, namun mereka telah mengetahui dengan jelas kapan, di mana, dan bagaimana cara untuk menemukan makanan dalam jumlah banyak. Karena wilayah Australia sebagian besar terdiri dari gurun pasir, maka suku Aboriginmengalami kesulitan dalan mencari air untuk hidup. Tidak jarang hal ini menimbulkan kematianbagi penduduk Aborigin akibat dehidrasi. Pada akhirnya mereka menemukan sumber mata air bersih dan secara bergotong-royong mereka mengalirkan air tersebut ke tempat tinggal merekadan menyuburkan pepohonan dengan air tersebut. Organisasi Sosial Namun pandangan Australia berangsur-angsur melunak dan memberikan ruang bagipenduduk asli tersebut setelah konon banyak melakukan pembunuhan. Caranya yang agak unik Australia menetapkan politik asimilasi untuk mencampur dua jenis manusia yang memilikiwarna kulit berbeda aborigin dipisahkan dari keluarganya secara paksa kemudian di tempatkan dipanti asuhan untuk diputihkan. Sebagian kemudian diasuh oleh si kulit putih sebagai pekerjaatau pembantu. Anak laki-laki dipungut untuk dijadikan pekerja gratis di peternakan dihukum berat ketika berbuat tidak salah atau sesuatu yang tidak menyenangkan. Sama seperti apartheid, rupanya nasib aborigin juga ditentukan oleh warna kulitBangsa Aborigin tidak mengenal ketua suku atau presiden, RT, RW, menteri dan semacamnya. Tak ada satupun orang yang berhak untuk bicara atas nama sukunya. Tak bolehada yang memutuskan atas nama kelompok. Setiap orang bertanggung-jawab atas keberlangsungan hidup Aborigin dan pengetahuan rahasia hebat yang mereka miliki. Baca Artikel Terkait Tentang Materi Peta Benua Asia Satu-satunya kepemilikan setiap orang Aborigin adalah pengetahuan tentang alam mimpi, di manaasal muasal bumi ini ditayangkan dan jalan takdir kehidupan setiap manusia di muka mimpi, nyanyian, dan tarian adalah basis makna eksistensi Aborigin. Semua saudara pria ayah dipanggil ayah, semua saudara wanita ibu dipanggil ibu. Fokus utama setiap hari adalah meditasi ke alam mimpi dan bermain dengan anak-anak. Pendidikan anak dan remaja adalah kewajiban semua orang dewasa. Balita sampai usia puber menikmati kebebasan sepenuhnya, juga dalam hal seks. Usai masa puber setiap anak diharuskan ikut ritual rahasia, menyelami misteri dunia impian di alam lain. Setelah itu mereka tidak lagi sebebas dulu. Pria dan wanita hidup secara monogami. Pasutri ya sampai mati. Demikianlah pembahasan mengenai Suku Aborigin – Sejarah, Asal Usul dan Kehidupannya Lengkap semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan kalian semua, terima kasih banyak atas kunjungannya. 🙂 🙂 🙂

tarian tradisional suku aborigin adalah