🏮 4 Golongan Manusia Menurut Imam Ghazali

danKonsep Dakwah menurut Imam Al-Ghazali. 1. Gagasan Imam Al- Ghazali Tentang Dakwah Pengaruh keluarga khususnya dari sang ayah dalam membentuk pribadi Imam al-Ghazali sebagai seorang da’i memberikan pengaruh besar kepada beliau dalam memaknai dakwah dan sepak terjang beliau dalam kancah berdakwah, Imam al-Ghazali merupakan seorang ulama Hujjatulislam Al Imam Abi Hamid Muhammad bin Muhammad Al Ghazali (wafat 505 H) membagi jenis manusia menjadi 4 macam dilihat dari kapasitas keilmuan yang dimilikinya masing-masing, sehingga bagaimana nantinya sikap kita terhadap keempat jenis manusia tersebut tidak terjadi keluputan memposisikan diri mana yang perlu diikuti dan harus dijauhi. Adapun7 golongan manusia yang diperlakukan spesial di akhirat karena kecintaannya kepada Allah SWT yakni; 1. Pemimpin yang adil 2. Pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah 3. Seseorang yang hatinya senantiasa terikat dengan masjid 4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah, mereka bersatu dan berpisah karena-Nya 5. baiknyadalam penciptaan, baik lahir maupun batin dengan rancangan yang indah dan struktur yang tiada banding. Demi buah) Tin dan (buah) Zaitun. Dan demi bukit Sinai. Dan demi kota (Mekah) ini yang aman. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.11 9 Terjemah Al -Qur’an, Al Jumanatul Ali, CV. Penerbit J Art Keempatkelompok manusia itu adalah ulama atau cendikiawan, ahli ibadah, hartawan, dan golongan ahli tasawuf. Mereka itu tertipu karena ibadahnya. Baca Juga Al-Ghazali dan Cara Menakar Kedekatan Kita dengan Allah SWT Bahaya Permusuhan dan 3 Bentuk Pemicunya Menurut Al-Ghazali 3 Bentuk Syukur Nikmat Menurut Imam Al-Ghazali 1. Ulama MenurutImam Ghazali, dalam kitabnya Al-Mustashfa fi Ilmi al-Ushul, disebutkan dengan tegas bahwa, tujuan adanya perintah dan larangan dalam sumber utama hukum Islam Al Qur’an dan Hadits dikelompokkan menjadi lima pokok, yaitu untuk memelihara agama (hifdzuddin), memelihara jiwa manusia (hifdzunnas), memelihara akal atau kehormatan (hidzul Menurutsebagian ahli bahwa akhlak tidak perlu dibentuk, karena akhalak adalah insting (garizah) yang bahwa manusia sejak lahir.[3] Golongan ini bahwa masalah akhlak adalah pembawaan dari manusia sendiri,yaitu kecenderungan kepada kebaikan atau fithrah yang ada dalam diri manusia , dan dapat juga berupa kata hati atau intuisi yang selalu cenderung ImamAl-Ghazali telah pula menulis buku berjudul al-Iqtishad fi al-I’tiqad. Dalam buku ini dibahas tentang pembahasan bahwa ilmu sebagai fardlu kifayah, pembahasan tentang zat Allah, tentang qadimnya alam, tentang DalamIslam kesehatan jiwa menjadi syarat sah dalam beribadah umat Islam. Jiwa yang sehat itu menurut imam al-Ghazali, jika ia dihiasi dengan empat induk kesalehan, yakni hikmah, kesederhanaan (‘iffah), keberanian (syaja’ah), dan keadilan (‘adalah). Beliau menjelaskan bahwa kerelaan memaafkan orang yang telah menzaliminya adalah kesabaran Olehsebab itu, pada bagian akhir pengantar (muqaddimah) kitab Bidâyah al-Hidâyah, Imam Al-Ghazali mengklasifikasikan para pencari ilmu ke dalam tiga golongan;Pertama, golonganal-faizîn (orang-orang yang beruntung). Ia adalah orang yang menjadikan ilmunya sebagai bekal perjalanan menuju akhirat, dan menjadikan niatnya mencari PortalMaduraCom – Manusia merupakan salah satu makhluk ciptaan Allah yang tidak luput dari dosa dan maksiat. Seperti sabda Rasulullah: “Seluruh anak Adam berdosa, dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertobat” (HR Ibnu Maajah no 4241, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani), dikutip dari Firanda.com, Kamis (20/2/2020). Dijelaskan di dalam kitab PEMIKIRANTASAWUF AL GHAZALI, TASAWUF IMAM GHAZALI. Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Ahmad al-Ghazali. Ia dilahirkan pada tahun 450 H bertepatan dengan tahun 1058 M di Ghazal, Thus, Provinsi Khurasan, Republik Islam Iran. [1] Pada masa kecilnya al-Ghazali belajar kepada Yusuf al-Nassaj, seorang guru sufi kenamaan Tl2c3CJ. ADALAH Syeikh Imam al Ghazali atau bernama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali ath-Thusi asy-Syafii adalah ulama produktif. Tidak kurang 228 kitab telah ditulisnya, meliputi berbagai disiplin ilmu; tasawuf, fikih, teologi, logika, hingga filsafat. Sang Hujjatul Islam julukan ini diberikan karena kemampuan daya ingat yang kuat dan bijak dalam berhujjah ini sangat dihormati di dua dunia Islam yaitu Saljuk dan Abbasiyah, yang merupakan pusat kebesaran Islam. Al Ghazali pernah membagi manusia menjadi empat 4 golongan; Pertama, Rojulun Yadri wa Yadri Annahu Yadri Seseorang yang Tahu berilmu, dan dia Tahu kalau dirinya Tahu. Orang ini bisa disebut 'alim = mengetahui. Kepada orang ini yang harus kita lakukan adalah mengikutinya. Apalagi kalau kita masih termasuk dalam golongan orang yang awam, yang masih butuh banyak diajari, maka sudah seharusnya kita mencari orang yang seperti ini, duduk bersama dengannya akan menjadi pengobat hati. "Ini adalah jenis manusia yang... Tidak selamanya hamba Allah SWT akan selamat dari godaan setan. Dalam kitabnya, al-Kasf wa Al-Tibyan fi Ghurur al-Khalq Ajma'in Menyingkap Aspek-aspek Ketertipuan Seluruh Makhluk, Al-Ghazali menyebutkan empat kelompok manusia yang tertipu. Keempat kelompok manusia itu adalah ulama atau cendikiawan, ahli ibadah, hartawan, dan golongan ahli tasawuf. Mereka itu tertipu karena ibadahnya. 1. Ulama atau Cendekiawan Menurut al-Ghazali, banyak sekali golongan ulama atau cendekiawan yang tertipu. Di antaranya, mereka yang merasa ilmu-ilmu syariah dan aqliyah yang dimiliki telah mapan cukup. ''Mereka mendalaminya dan menyibukkan diri mereka dengan ilmu-ilmu tersebut, namun mereka lupa pada dirinya sendiri sehingga tidak menjaga dan mengontrol anggota tubuh mereka dari perbuatan maksiat.'' Selain itu, ketertipuan para ulama atau cendekiawan ini juga dikarenakan kelalaian mereka untuk senantiasa melakukan amal saleh. Mereka ini, kata al-Ghazali, tertipu dan teperdaya oleh ilmu yang mereka miliki. Mereka mengira bahwa dirinya telah mendapatkan kedudukan di sisi Allah. Mereka mengira bahwa dengan ilmu itu telah mencapai tingkatan tertinggi Lebih lanjut al-Ghazali dalam kitabnya menjelaskan, orang-orang yang masuk dalam kelompok ini adalah orang-orang yang dihinggapi perasaan cinta dunia dan diri mereka sendiri serta mencari kesenangan yang semu. Selain itu, mereka yang tertipu adalah orang yang merasa ilmu dan amal lahiriahnya telah mapan, lalu meninggalkan bentuk kemaksiatan lahir, namun mereka lupa akan batin dan hatinya. Mereka tidak menghapuskan sifat tercela dan tidak terpuji dari dalam hatinya, seperti sombong, ria pamer, dengki, gila pangkat, gila jabatan, gila kehormatan, suka popularitas, dan menjelek-jelekkan kelompok lain. 2. Golongan Ahli Ibadah Golongan berikutnya yang tertipu, kata al-Ghazali, adalah golongan ahli ibadah. Mereka tertipu karena shalatnya, bacaan Alqurannya, hajinya, jihadnya, kezuhudannya, amal ibadah sunnahnya, dan lain sebagainya. Dalam kelompok ini, lanjut al-Ghazali, terdapat pula mereka yang terlalu berlebih-lebihan dalam hal ibadah hingga melewati pemborosan. Misalnya, ragu-ragu dalam berwudu, ragu akan kebersihan air yang digunakan, berpandangan air yang digunakan sudah bercampur dengan air yang tidak suci, banyak najis atau hadas, dan lainnya. Mereka memperberat urusan dalam hal ibadah. Tetapi, meringankan dalam hal yang haram. Misalnya, menggunakan barang yang jelas keharamannya, namun enggan meninggalkannya. 3. Golongan Hartawan Dalam kelompok hartawan, ada beberapa kelompok yang tertipu. Menurut al-Ghazali, mereka adalah orang yang giat membangun masjid, membangun sekolah, tempat penampungan fakir miskin, panti jompo dan anak yatim, jembatan, tangki air, dan semua amalan yang tampak bagi orang banyak. Mereka dengan bangga mencatatkan diri mereka di batu-batu prasasti agar nama mereka dikenang dan peninggalannya dikenang walau sudah meninggal dunia. Selanjutnya, kelompok hartawan yang tertipu adalah mereka yang memperoleh harta dengan halal, lalu menghindarkan diri dari perbuatan yang haram, kemudian menafkahkannya untuk pembangunan masjid. Padahal, tujuannya adalah untuk pamer ria dan sum'ah mencari perhatian serta pujian. Lalu, mereka yang tertipu dalam kelompok ini adalah mereka yang menafkahkan hartanya untuk fakir miskin, penampungan anak yatim, dan panti jompo dengan mengadakan perayaan. 4. Golongan Ahli Tasawuf Golongan selanjutnya yang tertipu, kata Imam al-Ghazali, adalah golongan ahli tasawuf. Dan, kebanyakan mereka muncul pada zaman ini. Mereka yang tertipu adalah yang menyerupakan diri mereka dengan cara berpakaian para ahli tasawuf, cara berpikir dan penampilan, perkataan, sopan santun, gaya bahasa, dan tutur kata. Mereka juga tertipu dengan cara bersikap, mendengar, bersuci, shalat, duduk di atas sajadah sambil menundukkan kepala, bersuara rendah ketika berbicara, dan lain sebagainya. sumber AntaraBACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini

4 golongan manusia menurut imam ghazali